GEUNTA.COM, Aceh Jaya – Di dalam perut Gunung Plekong, Desa Ie Juereungeh, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Gunawan mempertaruhkan hidupnya setiap hari guna mendulang emas.
Pria berbadan kurus berusia 21 tahun itu tidak bergeming ketika sebongkah batu jatuh melalui kegelapan dan memecah keheningan. Di penambangan ilegal yang berbahaya tersebut, ia mempertaruhkan hidupnya setiap hari.
Matanya sibuk mencari batu yang mengandung emas. Jika terlihat, akan diteliti, Semua itu dilakukan demi mengais rezeki.
Dengan poros tambang yang sempit, ia setiap malam mencoba menggali dengan menggunakan bor dan alat bantu lainnya. Kata Gunawan, keberuntungan tak selalu datang.
Sejak SMA, Gunawan telah melakukan pekerjaan ini. Semua itu dilakukan demi menyambung hidup dirinya beserta keluarga kecilnya.
“Sudah 3 minggu kami disini (area penambangan emas ilegal), tapi belum ada hasil.” katanya sambil menelusuri gelap gulita, headlamp-nya menerangi jalan melalui labirin berbahaya sepanjang belasan meter di bawah tanah.
Disana Gunawan tidak seorang diri. Ia ditemani dua temannya. Mereka bertiga mencari emas dengan memakai modal sendiri, beda dengan penambang emas lainnya yang memiliki toke.
Mereka baru pulang kerumah seminggu sekali jika stok kebutuhan makanan telah habis disana.
“Sejak awal tahun 2019 ini kami naik ke gunung dengan membuka lubang baru. Jika makanan telah habis atau kebutuhan lainnya seperti solar habis, salah seorang dari kami terpaksa pulang, yang lain jaga tambang. Paling dua malam di kampung, setelah itu naik lagi,” ungkap pria satu anak itu.
Pertambangan emas yang bermunculan di Aceh disebabkan karena adanya akses lokasi yang memadai.
Wilayah yang ramai dengan aktivitas tambang emas adalah kabupaten Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, Pidie dan Aceh Tenggara.
Pertambangan emas illegal mulai bermunculan di Aceh, setelah selesainya konflik bersenjata di Aceh, akibatnya banyak lubang-lubang yang digali dengan kedalaman hingga belasan meter berserakan di hutan dan perbukitan.
Menurut Media Communication and Outreach Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) sekitar 70 persen kerusakan lingkungan di Indonesia di sebabkan oleh operasi tambang.
Berikut foto-fotonya:
Foto: Amilin
Editor: Eko Deni